Saturday, 15 November 2014

Pengkajian Puisi dengan Strukturalisme



PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pengkajian terhadap karya fiksi berarti penelaahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra, khususnya fiksi, pada umumnya kegiatan itu disertai oleh kegiatan analisis. Istilah analisis, misalnya analisis karya fiksi, menyaran pada pengertian mengurai karya itu atas unsur-unsur pembentuknya tersebut.
Selain itu, dalam melakukan pengkajian sebuah karya sastra, khususnya fiksi kita hendaknya melakukan pengkajian dengan menggunakan teori-teori pengkajian fiksi. Ada beberapa teori yang dapat digunakan dalam melakukan pengkajian karya sastra yang berupa fiksi, misalnya teori struktural, teori semiotik, teori psikologi, teori sosiologi, dan lain-lain. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bentuk pengkajian fiksi yaitu cerita pendek dengan menggunakan teori strukturalisme.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis cerpen “Selama Langit Masih Berwarna Biru” dengan menggunakan teori strukturalisme?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan analisis cerpen “Selama Langit Masih Berwarna Biru” dengan menggunakan teori strukturalisme


PEMBAHASAN
Sinopsis
            Di sebuah sekolah SMAN Media Aksara. Ada dua orang siswa yang duduk di kelas XII yang bernama lengkap Putri Khumayrah yang lebih akrab dipanggil Ayrah dan Vriestika Azzahra yang lebih akrab dipanggil Rere. Mereka merupakan sahabat yang sejak kecil selalu bersama. Rere merupakan seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga mapan dan tajir. Semua kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi. Sedangkan Ayrah adalah seorang anak pedagang es cendol di tepi jalan raya, di samping sekolah mereka. Namun, walaupun mereka berbeda derajat orang tuanya, mereka tetap bersama tanpa mempedulikan apa kata orang.

Ternyata, dibalik semua itu ada seorang teman mereka yang bernama Karina yang membenci Ayrah dengan sebab kalau Ayrah itu tidak pantas berteman dengan Rere, dan seharusnya Ayrah itu tahu diri. Karina pun berusaha merusah persahabatan Rere dengan Ayrah. Karina pun mulai mengerjai Ayrah agar Ayrah marah tetapi Ayrah tidak merasa marah kepada Karina malah Karina yang dimarahi oleh Rere. Hingga pada suatu hari Karini menyusu rencana untuk mengadu domba mereka. Karina menyuruh Ayrah untuk meminjamkan uang sebesar Rp 5.000.000 kepada Karina dengan alasan untuk berobat kakaknya. Mendengar alasan itu Ayrah merasa kasihan dan ia mau untuk meminjam uang kepada Rere untuknya. Tapi sebelum Ayrah datang ke rumahnya Rere, Karina sudah datang ke Rumah Rere lebih dulu dan menceritakan kepada Rere kalau ayrah akan meminjam uang kepadanya untuk acara lain, bukan alasan yang diucapkanya. Karina juga bilang kalau Ayrah akan membuat pesta tanpa sepengetahuan Rere.
Beberapa jam kemudian Ayrah datang ke rumah Rere. Ayrah pun langsung mengetuk pintu rumah Rere. Dan Rere langsung membukanya, dan kemudian dengan menceritakan semuanya oleh Ayrah dengan alasan ada yang perlu dibiayai. Rere pun langsung memberikan uang itu dengan tunai dan uang itu telah berada ditangan Ayrah. Rere pun semakin tampak dan kelihatan curiga kepada Ayrah dan lebih percaya kepada Karina.
Setelah hal itu terjadi, Ayrah langsung ditelepon oleh Karina dan menyuruhnya untuk datang ke pesta meriahnya disalah satu cafe terkenal. Ayrah pun masuk kedalam jebakan Karina. Disaat itu pun, Karina mulai menelepon Rere untuk dapat menghadiri acaranya yang sepengetahuan Rere bahwa acara itu adalah acara dari perbuatan Ayrah padanya. Rere pun merasa sangat kesal pada Ayrah dan menganggap bahwa perkataan Karina memang betul. Dan sejak itu Rere mulai benci pada Ayrah. Namun, Ayrah tidak tahu apa penyebab semua itu terjadi pada sahabatnya. Hingga suatu hari saat mereka bertemu di jalan, ketika Ayrah berusaha menyapanya Rere malah marah dan mendorong Ayrah sampai ke jalan dan terseret mobil. Rere pun panik dan lalu membawa Ayrah ke rumah sakit. Di rumah sakit akhirnya keduanya bercerita kejadian yang sebenarnya dan akhirnya mereka tahu kalau Karina sebenarnya ingin mengadu domba mereka. Kemudian Rere mendatangi Karina untuk engakui perbuatanya. Karina pun mengakui semua perbuatanya dan meminta maaf kepada mereka. Akhirnya Karina di maafkan dan menjadi sahabat mereka.


Dalam bagian pembahasan ini merupakan hasil pengkajian fiksi dari sebuah cerita pendek yang memiliki identitas sebagai berikut :
Judul : Selama Langit Masih Berwarna Biru
Penulis : Renika Septiani
Sumber/Penerbit : Kumpulan Cerpen Remaja



PENGKAJIAN CERITA PENDEK
Selama Langit Masih Berwarna Biru

Kajian Strukturalisme
            Pengkajian fiksi yang berupa cerita pendek, dengan teori strukturalisme memiliki beberapa aspek yang dikaji, yaitu.
A.     Tema
Tema pada cerita pendek yang berjudul “Selama Langit Masih Berwarna Biru” ini adalah persahabatan.
B.     Fakta Cerita
1.      Penokohan
Terdapat beberapa penokohan dalam cerita pendek ini, antara lain.
Ø  Vriestika Azzahra(Rere)
Rere adalah seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga mapan dan tajir. Rere merupakan anak yang pintar, baik hati, dan tidak milih-milih teman.
Ø  Putri Khumayrah(Ayrah)
Ayrah adalah seorang anak pedagang es cendol. Ayrah juga memiliki sifat yang sama dengan Rere.
2.      Alur atau Plot
Alur pada cerita pendek ini adalah alur maju.
Dimulai dari tahap.
Perkenalan
Menceritakan hubungan persahabatan antara Rere dan Ayrah


Pemunculan konflik
Munculnya tokoh yang bernama Karina yang tidak suka terhadap persahabatan Rere dan Ayrah.
Konflik Meningkat
Ketika Karina berusaha mengadu domba Rere dan Ayrah, sehingga persabatan mereka terpecah belah.
Klimaks atau Puncak
Saat Ayrah  bertemu Rere di jalan, ayrah mencoba menyapa Rere tetapi Rere malah marah dan mendorong tubuh Ayrah sehingga Ayrah terserempet mobil.
Penyelesaian
Ketika di rumah sakit akhirnya keduanya bercerita kejadian yang sebenarnya dan akhirnya mereka tahu kalau Karina sebenarnya ingin mengadu domba mereka. Kemudian Rere mendatangi Karina untuk engakui perbuatanya. Karina pun mengakui semua perbuatanya dan meminta maaf kepada mereka. Akhirnya Karina di maafkan dan menjadi sahabat mereka.
3.      Latar atau Setting
Latar tempat : di taman(sekolah), di kamar Rere(rumah Rere),di kolam renang(rumah Rere),di suatu kafe terkenal, tepi jalan, rumah sakit.
C.     Sarana Sastra
1.      Gaya Bahasa
Dalam cerpen “Selama Langit Masih Berwarna Biru” penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pembaca bisa dengan mudah memahami isi dari cerpen tersebut.
2.      Sudut Pandang
Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ke tiga.
D.     Amanat
Sayangilah sahabat kita layak keluarga kita sendiri, karena sahabat kadang lebih mengerti perasaan kita dari pada kelurga kita. Selain itu jangan hiraukan orang lain yang berusaha memisahkan kita dari sahabat kita.
PENUTUP
Kesimpulan

Pengkajian fiksi yang berupa cerita pendek,secara struktural memiliki beberapa aspek yang dikaji, diantaranya adalah Tema , penokohan , alur ,latar/ setting, gaya bahasa,sudut pandang , dan amanat.

Sunday, 15 June 2014

Makalah Sastra Umum Tema Strukturalisme Genetik



MAKALAH
Makalah Sastra Umum Tema Strukturalisme Genetik
Disusun untuk Memenui Tugas Mata Kuliah Sastra Umum
Dosen Pengampu
Bapak Bakti Sutopo S, S.MA


Oleh:


Afid Andi Sonata              (1220717037)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PACITAN
2013





KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan anugerah dan kasih sayang-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta seluruh penerus perjuangannya, yang telah membawa umatnya menuju jalan kebenaran.
Dalam penyusunan makalah yang berjudul Makalah Sastra Umum Tema Strukturalisme Genetik. Tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.    Bapak Bakti Sutopo S, S.MA selaku dosen pengampu mata kuliah Sastra Umum,
2.    Teman-teman kami yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Hanya harapan dan doa yang dapat disampaikan kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala amal kebaikan. Amin.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi, bahasa, maupun penulisannya, maka dengan segala kerendahan hati,kami mengharapkan saran dan kritik. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.


Pacitan, 05 Maret 2013

                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I.. : PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B.          Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C.          Tujuan........................................................................................... 1
BAB II.. : PEMBAHASAN
A.       Sejarah perkemnbangan dan Tokoh Strukturalisme Genetik......... 2
B.       Penelitian Dengan Metode Strukturalisme Genetik...................... 5
C.        Beberapa Konsep Cangih Yang Mendukung Strukturalisme
 Genetik ........................................................................................ 5
D.        Penerapan Teori Sastra.................................................................. 6
E.         Kelebihan dan Kekurangan Strukturalisme Genetik..................... 7
F.         Hakikat Teori Strukturalisme Genetik........................................... 7
BAB III. : PENUTUP
A.      Simpulan ....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
            Teori Sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud teori adalah suatu system ilmiah atau pengenetik mencoba untuk memperbaiki kelemahanetahuan sistematis yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep atau uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan disuatu titik pandang tertentu. Konsep tersebut merupakan pencerminan sastra terhadap masyarakat melalui karya sastra.
            Lucien Goldman, tokoh para marxis, ia memandang karya sastra hanya sebatas struktur yang menghubungkan dengan sejarah. Pandangan ini sangat berbeda dengan marx. Menurutnya, karya sastra harus dianalisis secara struktur dengan aspek kesejarahan. Maka ia memunculkan pendapat barunya tentang sastra kedalam pendekatan strukturalisme genetic.
            Kemunculan teori strukturalisme disebabkan adanya ketiakpuasan terhadap pendekatan stukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberakan pada unsure-unsur intrinsik tanpa memperhatikan unsure-unsur ekstrinsik karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya. Strukturalisme genetic mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan strukturalisme, yaitu dengan memasukan faktor genetic di dalam memahami karya sastra.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian strukturalisme genetik?
2.      Bagaimana metode dialektika dalam strukturalisme genetik?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan strukturalisme genetik?

C.       TUJUAN
1.      Mengerti akan pengertian teori strukturalisme genetik
2.      Memahami tentang dialektika teori strukturalisme genetik
3.      Mengerti tentang kelemahan dan kelebihan teori strukturalisme genetik.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetic didirikan oleh Taine dan dikembangkan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Strukturalisme genetik dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsure-unsur intrinsik. Strukturalisme genetic ini merupakan gerakan penolakan strukturalisme murni, yang hanya menanalisis unsur-unsur intrinsik saja tanpa mengindahkan hal-hal diluar teks sastra itu sendiri. Gerakan ini juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas, bahasa sastra (Ratna, 2006: 121).
Historitas teori strukturalisme genetik. Orang yang dianggap sebagai peletak dasar madzhab genetik adalah Hippolyte Taine (1766-1817) seorang kritikus dan sejarawan Francis. Ia mencoba menelaah sastra dari presfektif sosiologis dan mencoba mengebangkan wawasan sepenuhnya ilmiah dalam pendekatan sastra seperti halnya ilmu scientific dan exacta. Menurutnya bahwa satra tidak hanya karya yang bersifat imajinatif dan pribadi melainkan suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu lahir. Ini merupakan konsep ginetik pertama tetapi metode yang digunakan berbeda, setiap tokoh mempunyai metodenya masing-masing. Tetapi kesamaan konsep setruktur hanya pada konteks hubungan phenomena konsep.
Lucien Goldman (1975) seorang Marksis adalah orang yang kemudian mengembangkan fenomena hubungan tersebut dengan teorinya yang dikenal dengan strukturalisme genetic. Pada prinsipnya teori ini melengkapi sutrukturaisme murni yang hanya menganalisis karya sastra dari aspek intristiknya saja dan memakai peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas. Strukturaisme genetik memasukan faktor genetik dalam karya sastra, genetik sastra artinya asal usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal muasal karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan saat karya sastra itu diciptakan. Ditambah lagi ia memasuki struktur sosial dalam kajiaannya yang membuat teori ini dominan pada periode tertentu terutama di Barat dan Indonesia.
Pendekatan strukturalisme genetik ialah pendekatan yang mempercayai bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkat kategori yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme genetik kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti struktur yang bermakna dari segala aktifitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan. Semua aktivitas itu merupakan respon dari subjek kolektif (subjek trans individual) dalam dunia sastra transindividual subjek yang artinya terjadi kesamaan rasa dan pikiran antara pengarang (penulis) karya sastra dengan para pembaca dalam memahami karya sastra atau fakta manusia tadi, terus pandangan dunia terhadap subjek kolektif (Trans individual Subject) fakta kemanusiaan dan terakhir adalah struktur karya sastra. Menurut Goldman karya sastra merupakan produk strukturasi dari transindividual subject yang mempunyai struktur yang koheren dan terpadu, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner dan dalam mengekspresikan pandangan dunia tersebut pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek dan relasi-relasi secara imajiner dalam pendapat tersebut golman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatiaannya ialah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan obyek yang ada disekitarnya.
Teori strukturalisme genetik ialah sebuah teori yang menjelaskan struktur dan asal muasal struktur tersebut dengan memperhatikan relevansi konsep homologi, kelas sosial yang dimaksud Goldman adalah kelas yang mempertahankan relevansi struktur dan ia menggunakan metode dialektika yang menekankan dan mempertimbangkan koherensi struktural yang berbeda jauh dengan Marxisme yang menapikan struktur dan metodenya menggunakan positivistik yang mengingkari relevansi dan koherensi struktur, subjek transindividual ini berarti sebagai subjek dalam menciptakan karya sastra yakni penulis harus bisa menyampaikan perasaan dan pikiranya kepada pembaca dalam novel misalnya supaya pembaca bisa memahami dan mengerti apa yang disampaikan penulis dan terjadi sama rasa dan pikiran dalam memahami karya sastra atau novel tadi dan pandangan dunia pengarang terhadap subjek kolektif (transindividual subject) dan fakta manusia.
B.       Pengertian Karya Sastra dalam Strukturalisme Genetik

Struktural genetik merupakan salah satu pendekatan yang mencoba menjawab kelemahan dari pendekatan strukturalisme otonom. Kelemahan tersebut hanya terletak pada penekanannya yang berlebihan terhadap otonomi karya sastra sehingga mengabaikan dua hal pokok yang tidak kurang pentingnya, yaitu kerangka sejarah sastra dan kerangka sosial budaya yang mengitari karya itu (Faruk dalam Chalima 1994).  Pendekatan strukturalisme genetik juga mempercayai bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkan kategori yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme genetik kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti struktur yang bermakna dari segala aktifitas atau prilaku manusia baik yang verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa dalam teori strukturalisme genetik Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain, kategori-kategori itu adalah fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan.
            Dalam teori ini di terangkan bahwa teori tidak mengganggap karya sastra hanya sebagai sebuah struktur (structure), tetapi juga struktur yang bermakna (significant structure) sebagaimana yang tertulis dalam tulisan Goldman “the concept of the Significant Structure in the History of Culture” maksudnya bahwa karya sastra bukan hanya bercirikan adanya koherensi internal (Internal Koherence) tetapi setiap elemenya juga memiliki hubungan dengan makna struktur global, dunia, atau lingkungan sosial dan alamnya (manuaba, 2009:21)
            Istilah genetik mengandung pengertian bahwa karya satra itu mempunyai asal-usulnya (Genetik) di dalam proses sejarah atau masyarakat. Strukturalisme genetik  mengakui adanya homologi antara struktur karya sastra dengan kesadaran kolektif dan struktur dalam karya sastra merupakan ekspresi integral dan koheren dari semesta.
            Strukturalisme genetik dalam pendekatanya ialah mempercayai bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkat kategori yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk yang namanya struktularisme geneti kategori tersebut ialah fakta kemanusiaan yang berarti struktur yang bermakna dari segala aktifitas atau prilaku manusia baik yang verbal maupun maupun fisik yang berusaha di pahami oleh pengetahuaan. Semua aktivitas itu merupakan respon dari subjek kolektif (subjek transindividual) dalam dunia sastra transindividual subjek yang artinya terjadi kesamaan rasa dan pikiran antara pengarang (penulis) karya sastra dengan para pembaca dalam memahami karya sastra atau fakta manusia tadi, terus pandangan dunia terhadap subjek kolektif (Transindividual Subject) fakta kemanusiaan dan terakhir adalah struktur karya sastra menurut Goldman karya sastra merupakan produk strukturasi dari transindividual subject yang mempunyai struktur yang koheren dan terpadu terus karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner dan dalam mengekspresikan pandangan dunia tersebut pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek dan relasi relasi secara imajiner dalam pendapat tersebut golman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik.
C.       Dialektika Pemahaman-Penjelasan
Dalam perspektif strukturalisme genetik, karya sastra merupakan sebuah struktur koheren yang memiliki makna. Dalam memahami makna itu Goldmann mengembangkan metode yang bernama metode dialektik. Prinsip dasar metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi di atas adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Untuk itu metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep yaitu “keseluruhan-bagian” dan “pemahaman-penjelasan” (Faruk 19-20).
Dialektik memandang bahwa tidak ada titik awal yang secara mutlak sahih dan tak ada persoalan yang secara mutlak pasti terpecahkan. Setiap gagasan individual akan berarti jika ditempatkan dalam keseluruhan, demikian juga keseluruhan hanya dapat dipahami dengan menggunakan fakta-fakta parsial yang terus bertambah. Dengan kata lain, keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian, dan bagian tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan (Faruk 20).
Sebagai sebuah struktur, karya sastra terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil, yang mana dengan mengidentifikasinya akan membantu kita memahami apa sebenarnya karya tersebut. Namun teks sastra itu sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar yang membuatnya menjadi struktur yang berarti. Dalam memahaminya harus juga disertai usaha menjelaskanya dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Inilah sebenarnya konsep dialektika “pemahaman-penjelasan”, dimana pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna itu dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar
D.      Beberapa Konsep Cangih yang mendukung Teori Strukturalisme Genetik

1.        Fakta kemanusiaan
            Fakta kemanusiaan merupakan hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbar maupun yang fisik, yang berusaha dipahami ilmu penegetahuan. Fakta kemanusiaan dalam strukturalisme genetic dibagi dalam dua bagian yaitu, fakta individual dan fakta social.
2.        Homologi
            Homologi menurut ratna (2006:122) diturunkan melalui organism primitive yang sama dan disamakan dengan korespondensi, kualitas hubungan yang bersifat structural. Homologi memiliki implikasi dengan hubungan bermakna antara struktur literer dengan struktur social.
3.        Kelas-kelas social
            Kelas-kelas social adalah kolektifitas yang menciptakan gaya hidup tertentu, dengan struktur yang ketat dan koheren. Dikaitkan dengan strukturalisme genetic kelas yang dimaksudkan adalah kelas social pengarang karena karya sastra sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan pengarang. Dalam hubungan inilah, sesuai dengan pandangan Marxis, Karya disebut sebagai wakil kelas sebab karya sastra dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi kelompoknya.
4.        Subjek transindividual
            Meskipun istilah transidividual diadopsi oleh Goldmann dari kazanah intelektual Marxis, khususnya Lukacs, Goldman tidak menggunakan istilah kesadaran kolektif dengan pertimbangan istilah ini seolah-olah menonjolkan pikiran-pikiran kelompok.
5.        Pandangan dunia
            Pandangan dunia memicu subjek untuk mengarang, dan dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya, dalam rangka strukturalisme genetic, pandangan dunia berfungsi untuk menunjukkan kecenderungan kolektuvitas tertentu.

E.       Kelebihan dan Kekurangan Teori Strukturalisme Genetik
            Kelebihan dari strukturalisme genetic kalau dibandingkan dengan struktualisme murni dan dinamik, strukturalisme genetic mempunyai keunggulan yang dominan ketimbang kedua teori struktur tersebut strukturalisme genetic dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni yang menganalisis karya sastra terhadap struktur intrinsic saja. Perbedaannya strukturalisme dinamik terbatas dalam melibatkan peranan penulis dan pembaca dalam rangka komunikasi sastra, strukturalisme genetic melangkah lebih jauh kr struktur social dan karya sastra dapat dipahami dari asalnya dan terjadinya unsure genetic dan latar belakang social tertentu
            Kekurangannya mungkin konsep strukturalisme dalam perkembangannya seperti yang disebut Raymond Boudond (1976) adalah konsep yang kabur mungkin karena hubungan antar tesis, antithesis dan sintesis yang saling berkaitan, mengisi dan melebur menjadi konsep ini kabur atau tidak jelas sulit untuk mendapatkan simpulan yang pasti.

F.        Hakikat Teori Strukturalisme Genetik
             Menurut Nyoman Khuta Ratna Stukturalisme Genetik adalah analisis struktur dengan memberi perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas strukturalisme genetic sekaligus memberi perhatian terhadap analisis intrinsic dan ekstrinsik. Secara definitive, menjelaskn lebih lanjut bahwa strukturalisme genetic adalah analisis yang memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra. Pencetus teori ini percaya bahwa sebuah karya adalah struktur yang hidup, merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal sebuah satra


PENUTUP

SIMPULAN
Strukturalisme genetic didirikan oleh Taine dan dikembangkan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Strukturalisme genetic dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsure-unsur intrinsic. Strukturalisme genetic ini merupakan gerakan penolakan strukturalisme murni, yang hanya menanalisis unsur-unsur intrinsik saja tanpa mengindahkan hal-hal diluar teks sastra itu sendiri. Gerakan ini juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas, bahasa sastra (Ratna, 2006: 121).
Konsep canggih yang mendukung Teori Strukturalisme Genetis  yaitu:
1.      Fakta kemanusiaan
2.      Homologi
3.      Kelas-kelas social
4.      Subjek transindividual
5.      Pandangan dunia


DAFTAR PUSTAKA

Hendriyanto,   Agus.   2013.  Filsafat Bahasa.  Surakarta:  Yuma Pustaka
Arif. 2007. “Strukturalisme Genetik” Dalam http//arif-irfan-fauzi.blogspot.com.12 Januari 2011.
Pujo, sakti nurcahyo. 2011 “Teori Strukturalisme Genetik” Dalam    http//pujosaktinurcahyo.wordpress.com.24  Januari.