Monday, 19 September 2016

KEKERABATAN BAHASA ANTARA JAWA PACITAN DAN MADURA KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF


KEKERABATAN BAHASA ANTARA JAWA PACITAN
DAN MADURA
KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Linguistik
Komparatif


Disusun  Oleh: Afid Andi Sonata (1220717037)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PACITAN
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada umumnya setiap manusia hidup dalam ikatan bermasyarakat. Seseorang  senantiasa bergaul, berhubungan, bergotong-royong, dan bekerja sama atau saling tolong meneolong bertujuan untuk kepentingan bersama. Untuk melaksanakan kegiatan sosial, setiap anggota masyarakat membutuhkan pemakaian bahasa. Tanpa bahasa mereka manusia tak dapat berpikir dan bekerja untuk kepentingannya.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang positif atau syarat berhubungan antar sesama manusia, baik lahir maupun batin. Dengan bahasa setiap anggota masyarakat bersama-sama menjunjung tinggi kemasyarakatan dalam kelompoknya.
Survei Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman bahasa. Setiap suku bangsa memiliki aneka bahasa daerah yang digunakan dalam berinteraksi antar kelompok-kelompok sosial. Jumlah bahasa daerah yang sangat besar merupakan aset tak ternilai harganya pada suatu bangsa. Bahasa daerah berperan besar dalam menambah kosakata bahasa nasional dan untuk mengimbangi pengaruh bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Dari berbagai jenis bahasa daerah yang tumbuh subur di indonesia salah satunya adalah bahasa yang terdapat di jawa timur antara penduduk Pacitan dan penduduk Madura. Meskipun keduanya masih berada dalam lingkup jawa tetapi kedua daerah tersebut mempunyai banyak perbedaan dalam segi kebahasaan.
Berdasarkan pembahasan tersebut peneliti akan melakukan penelitian tentang kekerabatan bahasa jawa pacitan dengan bahasa Madura. Alasan peneliti melakukan penenlitian yaitu untuk mengetahui seberapa besar perbedaan dari kedua bahasa tersebut baik tentang pasangan identik, kemiripan secara fonetis, apakah memiliki korespondensi fonemis serta adakah perbedaan satu fonem.
Untuk itu penelitian tentang bahasa daerah harus terus dilaksanakan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah sebagai warisan budaya. Berdasar permasalahan tersebut peneliti mengangkat judul “Kekerabatan Bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura melalui kajian Linguistik Historis Komparatif”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan permasalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah tingkat korespondensi Fonemis antara bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura?
2.      Bagaimanakah tingkat kekerabatan antara bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Untuk mengetahui hubungan Korespondensi Fonemis antara bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura.
2.        Untuk mengetahui tingkat kekerabatan antara bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura.
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan proposal penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
1.      Manfaat Teoretis
a.       Sebagai salah satu bahan informasi dalam hal penelitian tentang kekerabatan bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura. Dan bahan masukan bagi penelitian yang relevan, khususnya dalam hal linguistik historis komparatif (kekerabatan bahasa).
b.      Untuk kontribusi bagi perkembangan ilmu linguistik, khususnya Linguistik Komparatif yang berkaitan dengan Leksikostatistik.
2.      Manfaat Praktis
a.       Diharapkan menjadi bahan masukan bagi para penutur bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura agar tetap menggunakan dan melestarikan karena bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura adalah kekayaan budaya.
b.      Penelitian ini dapat dijadikan landasan masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut tentang kekerabatan bahasa bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
1.      Pengertian Bahasa
Menurut Siswanto,dkk (2012: 1), “bahasa merupakan alat atau syarat berhubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain, baik lahir maupun batin dalam pergaulan setiap hari. Dengan bahasa itu pulalah setiap anggota masyarakat bersama-sama menegakkan serta membina masyarakatnya”.
Artinya Bahasa digunakan oleh sekelompok manusia untuk berbagai kegiatan serta diperutunkan untuk alat berkomunikasi. Bahwasanya segala macam bentuk kegiatan manusia selalu menggunakan bahasa yang memiliki aturan manasuka, yang berarti sekelompok manusia tersebut memiliki kesepakatan menggunakan bahasa untuk kegiatan sehari-hari sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan.
Kridalaksana (1984 dalam Siswanto, dkk., 2012: 12) mengemukakan Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati oleh anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja  sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwasanya bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berinteraksi dalam bermasyarakat, dan sudah memiliki kesepakatan menggunakan bahasa yang mereka saling pahami. Jadi bahasa digunakan manusia dalam segala bidang dan hal yang dilakukan oleh setiap manusia.
Hendriyanto (2010:17) menyatakan bahwa bahasa adalah suatu tanda atau lambang yang telah besistem yang haus mendapatkan suatu kesepakatan seluruh warga masyarakat yang terlibat dalam suatu lingkungan masyarakat yang bertujuan untuk alat dalam bekerjasama, berkomunikasi dan sarana identitas suatu masyarakat. Sistem dalam suatu bahasa adalah aturan yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga tanda atau lambang dapat mempunyai arti.
Pada dasarnya bahasa adalah seperangkat kaidah untuk berkomunikasi antar umat manusia. Hakikat bahasa itu antara lain bahwa bahasa itu (1) sistematik, (2) manasuka, (3) ucapan, (4) simbol, (5) mengacu pada diinya, (6) komunikasi, (7)produktif, (8) unik, (9) univesal, (10) benda, (11) daftar kata-kata dan, (12) merupakan daftar kata-kata.
Ditinjau dari sisi lain ragam pandangan bahasa yang telah dikemukakan di atas berarti pula sangat setianya bahasa untuk digunakan oleh manusia, bahasa juga bisa dimanfaatkan untuk ilmu apa saja, dan semuanya memperlihatkan nafas yang sama tentang bahasa.
2.      Pengertian Linguistik Komparatif dan Linguistik Historis Komparatif
“Linguistik Komparatif mengalami perkembangan, yaitu linguistik bandingan tipologis dan linguistik historis komparatif”. (Ibrahim,1985: 11).
Linguistik Komparatif adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang perbandingan bahasa. seperti ilmu bahasa deskriptif yang semakin hari semakin berkembang dan berupaya memisahkan atau mencabangkan diri dari disiplin ilmu induknya,
Linguistik Komparatif juga mengalami perkembangan yaitu, lingiustik Bandingan Tipologis dan linguistik bandingan Historis (Linguistik Historis Komparatif).
Linguistik Bandingan Tipologis yaitu mempelajari hubungan bahasa-bahasa secara sistematis melelui salah satu ciri penanda dalam bentuk atau struktur yang sama-sama di miliki bahasa-bahasa tersebut.
Sedangkan Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif, pertama-tama mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu,serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam waktu tersebut.
3.      Leksikostatistik
Metode leksikostatistik pertama kali digunakan oleh Morris Swadesh dalam penelitian yang dilakukan terhadap bahasa-bahasa yang digunakan oleh orang-orang Indian (America Indian). Adapun data yang ia teliti sangat banyak, lalu ia berpikir untuk mencari metode yang lebih cepat dan praktis dalam menentukan kekerabatan bahasa. Dari pemikirannya itu lahir metode leksikostatistik.
“Metode leksikostatistik yaitu metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung presentase perangkat kognat. Kosakata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosa kata dasar (basic vocabulary)” (Mahsun, 2012: 163).
Artinya leksikostatistik merupakan teknik yang digunakan untuk mengelompokkan bahasa dengan menggunakan kosakata yang nantinya akan dihitung presentase tingkatannya.
Berdasarkan perkembangannya, istilah Leksikostatistik dibedakan dengan Glotokronologi (Ancheux, 1963:94-95; Lehmann, 1973:104), namun meningat dalam kenyataannya, keduanya mempunyai hubungan yang erat dan saling melengkapi, maka sering sekali kedua istilah itu disamakan. Istilah Glotokronologi difungsikan untuk menetukan waktu memencarnya bahasa-bahasa, sedangkan istilah Leksikostatistik difiungsikan untuk menetapkan kekerabatan bahasa-bahasa dan membuat pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat.
4.      Langkah-Langkah Leksikostatistik
Metode Leksikostatistik memiliki teknik atau beberapa langkah antara lain:
a.       Mengumpulkan kata-kata dari koskata dasar.
b.       Menetapkan pasangan kosakata yang berkerabat.
c.       Menghitung presentase kata berkerabat, dengan rumus:
 
d.      Menentukan hubungan kekerabatan sesuai dengan kategori tingkat kekerabatan.
Presentase kata kerabat
Tingkat bahasa
100-81
81-36
32-12
12-4
4-1
1-<1
Bahasa
Keluarga
Rumpun
Mikrofilum
Mesofilum
Makrofilum


e.       Menghitung lama waktu pisah, dengan rumus:
Keterangan:
t     = Lama waktu pisah dalam satuan ribuan tahun.
C   = persentase kata-kata yang sekerabat dari dua bahasa.
r     = indeks retensi, yaitu persentase kata-kata sekerabat yang dianggap tetap.
Log= logaritma dari

f.        Menghitung jangka kesalahan,dengan rumus:
                                                Keterangan:
                                                s = kesalahan standard dalam persentase kerabat.
                                                C = Persentase kata-kata sekerabat dari dua bahasa.
                                                n = jumlah kata yang dibandingkan
B.     Kajian yang Relevan
Guna mencapai langkah penyusunan teori penelitian juga dilakukan pengkajian terhadap  penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya duplikasi dan memberikan perspektif yang jelas mengenai hakikat dan penggunaan penelitian dalam perkembangan secara keseluruhan. Adapun sebagai berikut:
a.        “Kekerbatan Bahasa Karo, Minang, dan Melayu: Kajian Linguistik Historis Komparatif”. Ernawati Br Surbakti. 2014. Laporan penelitian. Politeknik Negeri Lhoksumawe.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kekerabatan antara bahasa Karo, bahasa Minang dan bahasa Melayu. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (teknik leksikostatistik). Dalam metode kuantitatif ini dicari persentase kognat dari sejumlah (100-200) kosa kata dasar swadesh. Metode kuantitaif dengan leksikostatistik akan menghasilkan pohon diagram kekerabatan bahasa. Dari hasil perhitungan leksikostatistik pada tataran leksikon diketahui bahwa,
(1) Bahasa Karo (BK) dengan Bahasa Minang (BMi) merupakan bahasa yang berbeda karena berada dalam kelompok rumpun (stok) (31 %),
 (2) BK dengan Bahsa Melayu (Bme) juga merupakan bahasa yang berbeda karena berada dalam kelompok rumpun (stok) (26%), dan
(3) BMi dengan BMe merupakan bahasa yang se-keluarga (family) (66%).
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama menganalisis 200 kosakata Morris Swadesh dengan teknik Leksikostatistik.
Perbedaannya, jika peneliti menganalisis Bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura. Sedangkan peneliti pada laporan ini menganalisis bahasa karo, melayu dan minang.
C.    Kerangka Pikir
Gambar 1








 















Berdasarkan kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa peneliti melakukan penelitian dengan membandingkan Bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura. Selanjutnya dua bahasa tersebut dikaji dengan Linguistik Historis Komparatif dengan metode Leksikostatistik, kemudian muncul rumusan masalah yaitu Korespondensi Fonemis dan Hubungan Kekerabatan dari bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura. Dengan dua rumusan masalah tersebut maka peneliti menemukan judul Kekerabatan Bahasa Jawa Pacitan dengan Bahasa Madura  dengan menggunakan kajian Linguistik Historis Komparatif.












BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:8).
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bahasa, yaitu 200 kosakata Morris Swadesh dengan menggunakan bahasa Jawa Pacitan dan Bahasa Madura.
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini mulai dari bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.
Terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap prapenelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pasca penelitian.
C.     Data dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 200 kosakata Morris Swadesh.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah bahasa Jawa Pacitan dan bahasa Madura.
D.    Metode Penyedian Data
                 Metode yang digunakan peneliti dalam penyedian data ini adalah dengan menggunakan metode wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan Narasumber atau informan dengan menggunakan 200 kosakata Morris Swadesh.
E.     Metode Analisis Data
                 Dalam kaitannya metode analisis data, peneliti menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dengan mengelompokkan bahasa sesuai dengan tingkat kekerabatannya.
                 Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan teknik Leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa-bahasa yang lebih  cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik,
F.     Metode Pemamparan Hasil Analisis Data
     Metode pemaparan hasil analisis data yang digunakan peneliti adalah Informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa.
                 Peneliti memaparkan semua hasil analisis data yang ditemukan melalui wawancara atau kata-kata biasa.













DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, dkk. 2012. Pengantar Linguistik Umum.Yogyakarta: Media
Perkasa
Surbakti, Ernawati Br. 2014. Kekerabatan Bahasa Karo, Minang,
Melayu:Kajian Linguistik Historis Komparatif. (online),
(http://www.jurnal.pnl.ac.id, diakses 22 maret 2015)
Ibrahim, Abdul Syukur. 1985. Linguistik Komparatif Sajian Bunga
rampai. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif
dilengkapi dengan Teori, Aplikasi dan Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia Saat Ini. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, metode, dan
tekniknya. [Edisi Revisi] Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:
 Alfabeta.




LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN
Gloss
Bahasa Jawa Pacitan
Bahasa Madura
A.
Abu
Air
Akar
Alir (me)
Anak
Angin
Anjing
Apa
Api
Apung (me)
Asap
Awan
Ayah
B
Bagaimana
Baik
Bakar
Balik
Banyak
Baring
Baru
Basah
Batu
Beberapa
Belah (me)
Benar
Bengkak
Benih
Berat
Berenang
Beri
Berjalan
Besar
Bilamana
Binatang
Bintang
Buah
Bulan
Bulu
Bunga
Bunuh
Buru (ber)
Buruk
Burung
Busuk
C
Cacing
Cium (wanita dan bau)
Cuci
D
Daging
Dan
Danau
Darah
Datang
Daun
Debu
Dekat
Dengan
Dengar
Di dalam
Di mana
Di sini
Di situ
Pada
Dingin
Diri (ber)
Dorong
Dua
Duduk
E
Ekor
Empat
Engkau
G
Gali
Garam
Garuk
Gemuk, lemak
Gigi
Gigit
Gosok
Gunung
H
Hantam
Hapus
Hati
Hidung
Hidup
Hijau
Hisap
Hitam
Hitung
Hujan
Hutan
I
Ia
Ibu
Ikan
Ikat
Ini
Isteri
Itu
J
Jahit
Jalan (ber)
Jantung
Jatuh
Jauh
K
Kabut
Kaki
Kalau
Kami, kita
Kamu
Kanan
Karena
Kata (ber)
Kecil
Kelahi (ber)
Kepala
Kering
Kiri
Kotor
Kuku
Kulit
Kuning
Kutu
L
Lain
Langit
Laut
Lebar
Leher
Lelaki
Lempar
Licin
Lidah
Lihat
Lima
Ludah
Lurus
Lutut
M
Main
Makan
Malam
Mata
Matahari
Mati
Merah
Mereka
Minum
Mulut
Muntah
N
Nama
Napas
Nyanyi
O
Orang
P
Panas
Panjang
Pasir
Pegang
Pendek
Peras
Perempuan
Perut
Pikir
Pohon
Potong
Punggung
Pusar
Putih
R
Rambut
Rumput
S
Satu
Saya
Sayap
Sedikit
Sempit
Semua
Siang
Siapa
Suami
Sungai
T
Tahu
Tahun
Tajam
Takut
Tali
Tanah
Tangan
Tarik
Tebal
Telinga
Telur
Terbang
Tertawa
Tetek
Tidak
Tidur
Tiga
Tikam (me)
Tipis
Tiup
Tongkat
Tua
Tulang
Tumpul
U
Ular
Usus

Awu
Banyu
Oyot
Mili
Bocah
Angin
Asu
Opo
Geni
Kemampul
Kebul
Mego
Bapak

Kepiye
Apik
Bong
Walik
Akeh
Mlumah
Anyar
Teles
Watu
Sepiro-piro
Mlatok
Bener
Aboh
Wineh
Abot
Langi
Ke’i
Mlaku
Gede
Kapan
Kewan
Lintang
Woh
Mbulan
Ulu
Kembang
Mateni
Mburu
Elek
Manok
Bosok

Cacing
Ngambung

Umbah

Daging
Lan
Tlogo
Getih
Teko
Godhong
Bleduk
Cedhak
Karo
Krungu
Ning jero
Ning endi
Ning kene
Ning kono
Salah sawiji
Adem
Ngadeg
Nyurung
Loro
Lingguh

Buntut
Papat
Awakmu

Ndudhak
Uyah
Kukur
Lemu
Untu
Cokot
Gosok
Gunung

Tubruk
Busak
Ati
Irung
Urip
Iso
Isep
Ireng
Ngitung
Udan
Alas

Dekne
Mamak
Iwak
Taleni
Iki
Bojo
Kui

Jahit
Mlaku
Jantung
Tibo
Adoh

Kabut
Sikil
Seumpomo
Awake
Koe
Tengen
Amergo
Ngomong
Cilik
Gelut
Sirah
Garing
Kiwo
Reget
Kuku
Kulit
Kuning
Tumo

Liyo
Langit
Laut
Ombo
Gulu
Lanang
Uncal
Lunyu
Ilat
Ndelok
Limo
Idu
Lurus
Dengkul

Dolan
Mangan
Wengi
Mripat
Srengenge
Mati
Abang
Wong-wong
Ngombe
Lambe
Mutah

Jeneng
Ambegan
Nyanyi

Uwong

Panas
Dowo
Wedhi
Cekel
Pendek
Meres
Wedok
Weteng
Mikir
Wit
Nugel
Boyok
Udel
Putih

Rambut
Suket

Siji
Aku
Suwiwi
Setitik
Sesak
Kabeh
Awan
Sopo
Bojo
Kali

Ngerti
Taon
Landep
Wedi
Tali
Lemah
Tangan
Geret
Kandel
Kuping
Endhog
Miber
Ngguyu
Susu
Ora
Turu
Telu
Mbacok
Tipis
Sebul
Teken
Tuwek
Balung
Kethul

Ulo
Usus

Abuh
Aing
Ramuk
Akili
Anak
Angin
Patek
Apah
Apol
Ngambang
Kokos
Ondem
Bapak

De Remah
Pelak
Ober
Belih
Banyak
Miring
Anyar
Becah
Betoh
Sebek
Sebek
Bender
Bere
Benih
Berrek
Langi
Berik
Ajelen
Rajek
De Remah
Binatang
Bintang
Bueh
Bulan
Buluh
Kembeng
Paten
Buru
Jubeek
Manok
Bucok

Caceng
Siom

A Beco

Deging
A Bik
Songai
Dereh
Deteng
Daun
Abuah
Semak
Bik
Kedingaki
Edelem
Edimah
Edinak
Edisah
Pada
Adeam
Majeng
Jungkang
Duek
Tajuk

Buntok
Empak
Kaken

Ngurok
Buje
Geruk
Empo
Gigih
Keket
Kosok
Gunuang

Antem
Kosok
Ateh
Elong
Odi
Ijoh
Hisap
Celeng
Bitong
Ojen
Hutan

Io
Embuk
Jukok
Pekot
Nuh
Binih
Juah

Ajeih
Jelen
Jantung
Labu
Jeuh

Embun
Sukoh
Kalau
Kami
Kaken
Kangan
Remah
Ngacoh
Kenek
Akeket
Ketak
Gering
Kacer
Budeek
Kokoh
Kolek
Koneng
Kotoh

Lainah
Langi
Tuksek
Lebur
Le’er
Lakek
Ontelaki
Lecen
Jile
Nyangok
Lemak
Acopah
Loros
To’ot

A’main
Ngakan
Malem
Matuh
Areh
Matek
Mirah
Kabi
Nginum
Colok
Ngotoh

Nyamak
Nyabeh
A’nyanyi

Oreng

Panas
Lanjeng
Bedih
Teguk
Pandek
Peres
Binik
Tubu
Peper
Kajuk
Potong
Bengkong
Bujel
Poteh

Obuk
Rebeh

Situng
Sengkot
Bengkeng
Sekonek
Selak
Kabi
Siang
Sapah
Lakeh
Songai

Tahu
Taoen
Tajem
Takot
Taleh
Tanah
Tanang
Tarik
Kandel
Koping
Telur
Ngeber
Agelek
Sosoh
Enjek
Tedung
Telok
Nerkem
Tepis
Srepoh
Tungket
Tuah
Tolang
Ranggeng

Olar
Perok

No comments:

Post a Comment