Napak Tilas Jendral Sudirman di
Kabupaten Pacitan
A.
Letak Monumen Jendral Sudirman
Dilihat Dari Depan Dilihat Dari Atas
Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur,
kini mempunyai obyek wisata sejarah berkelas internasional, menyusul
diresmikannya Pengembangan dan Revitalisasi Kawasan Wisata Sejarah Panglima
Besar Jenderal Besar Soedirman, Senin (15/12) petang di Pakis Baru, Kecamatan
Nawangan. Mesipun akses jalan menuju Monumen Jendral Sudirman ini lumayan sulit,
tidak menyurutkan pengunjung atau wisatawan-wisatawan yang berdatangan dari
luar kota, terutama para sejarahwan. Para wisatawan justru senang dengan jalan
menuju desa Pakis Baru ini karena panorama-panorama pemandangan alam yang ada
disepanjang jalan sangat memikat mata dan hati para wisatawan.
B.
Markas Gerliya Jendral Sudirman
Markas
Gerliya Sekaligus Rumah persinggahan
Tentu
saja alam sekitar yang indah dan berudara sejuk, bahkan mungkin dirasakan
sebagian orang sebagai sangat dingin. "Dari arah mana pun perjalanan
menuju Pakis Baru, yang dirasakan adalah jalan yang penuh tantangan. Kita bisa
merasakan betapa gigihnya perjuangan Jenderal Besar Soedirman, walau dalam
kondisi sakit-sakitan," kata Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Markas
Gerilya Jenderal Soedirman ini terletak 32 km arah timur dari pusat
pemerintahan di Kabupaten Pacitan. Dapat ditempuh dengan kendaraan mobil selama
satu jam perjalanan. Rumah ini juga dapat ditempuh dari Kota Solo, Jawa Tengah,
dengan perjalanan darat selama kurang lebih 3 jam. Atau melalui Yogyakarta
selama 4 jam perjalanan. Tidak jauh dari Markas Gerilya ini, sekitar 2 km,
terdapat kompleks Monumen Patung Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman yang
sangat megah.
Tentang
Markas Gerilya ini, Direktur Permuseuman Ditjen Sejarah dan Purbakala
Depbudpar, Intan, mengatakan, Jenderal Soedirman menjadikannya sebagai tempat
bersosialisasi dan bergabung dengan masyarakat setempat. Selain itu, beliau
melakukan aktivitas secara teratur, serta dapat mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah di Yogyakarta. "Kegiatan Beliau di rumah ini antara lain
menyusun perintah-perintah harian serta petunjuk dan amanat, baik untuk tentara
maupun masyarakat," katanya.
Dari rumah yang dijadikan Markas Gerilya ini, Jenderal Soedirman selalu berkomunikasi dengan para panglima dan komandan di berbagai daerah yang dilakukan melalui caraka (kurir). Menurut seorang saksi mata, Padi (66), anak dari Karsosoemito, pemilik rumah, yang ketika itu berusia 7 tahun, banyak komandan pasukan maupun pejabat pemerintahan yang datang ke Sobo untuk minta petunjuk "sesepuh". "Masyarakat menyebutnya sesepuh atau orang sakti. Saya tidak tahu kalau yang tinggal di rumah itu Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. Hampir setiap pagi, saya dipanggil 'sesepuh' untuk sarapan bubur. Karena dalam kondisi sakit, 'sesepuh' di luar kesibukannya mengatur strategi perang, dan memberi amanat, beliau setiap pagi berjemur sinar matahari. Ajudan beliau ketika itu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo atau waktu itu dipanggil Pak Noli," kata Padi mengenang. Ia sekarang jadi penjaga Markas Gerilya ini, dengan gaji bulanan total sebesar Rp750.000.
Dari rumah yang dijadikan Markas Gerilya ini, Jenderal Soedirman selalu berkomunikasi dengan para panglima dan komandan di berbagai daerah yang dilakukan melalui caraka (kurir). Menurut seorang saksi mata, Padi (66), anak dari Karsosoemito, pemilik rumah, yang ketika itu berusia 7 tahun, banyak komandan pasukan maupun pejabat pemerintahan yang datang ke Sobo untuk minta petunjuk "sesepuh". "Masyarakat menyebutnya sesepuh atau orang sakti. Saya tidak tahu kalau yang tinggal di rumah itu Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. Hampir setiap pagi, saya dipanggil 'sesepuh' untuk sarapan bubur. Karena dalam kondisi sakit, 'sesepuh' di luar kesibukannya mengatur strategi perang, dan memberi amanat, beliau setiap pagi berjemur sinar matahari. Ajudan beliau ketika itu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo atau waktu itu dipanggil Pak Noli," kata Padi mengenang. Ia sekarang jadi penjaga Markas Gerilya ini, dengan gaji bulanan total sebesar Rp750.000.
Lebih jauh Direktur Permuseuman
Intan mengatakan, di Markas Gerilya ini Jenderal Besar Soedirman sibuk mengatur
komunikasi dengan para petinggi militer. Melalui Letkol Soeharto, Jenderal
Soedirman juga berkomunikasi intensif dengan Sri Sultan HB IX di Yogyakarta.
"Setelah Perjanjian Roem-Royen disahkan pada tanggal 7 Mei 1949 dan Pemerintah
Indonesia-Belanda sepakat untuk mengakhiri permusuhan, maka Panglima Besar
Jenderal Soedirman merencanakan untuk kembali ke Yogyakarta. Akhirnya 7 Juli
1949, setelah dibujuk oleh berbagai pihak, Panglima Besar Jenderal Besar
Soedirman meninggalkan rumah ini, kembali menuju Yogyakarta," jelasnya.
C. Peristiwa
Di Markas Gerliya
Sebagai rumah bersejarah, wisatawan
bisa melihat situasi dan kondisi rumah yang dijadikan Markas Perang Gerilya
ini. Rumah yang menghadap ke arah utara ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
depan yang disambungkan dengan bagian belakang. Rumah bagian depan berbentuk
empat persegi panjang, berukuran 11,5 x 7,25 meter persegi, sedangkan rumah
bagian belakang berukuran 10,2 x 7,3 meter persegi. Rumah ini berlantaikan
tanah liat. Rumah bagian depan dindingnya terbuat dari papan kayu (gebyok).
Sementara rumah bagian belakang dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedhek).
Pada ruangan depan terdapat 2 buah pintu, dan terdapat tiang-tiang kayu yang
menyangga konstruksi atap. Di ruangan ini juga terdapat 4 buah kamar tidur,
yang salah satunya merupakan kamar tidur Panglima Besar Soedirman. Kamar tidur
lainnya pernah ditempati ajudan Beliau, yaitu Soepardjo Rustam dan Tjokro
Pranolo. Di masa gerilya di ruangan rumah terdapat satu set meja dan kursi tamu
yang terbuat dari kayu serta balai-balai dari bambu. Ruang bagian belakang,
yang diduga dimanfaatkan sebagai dapur dan tempat penyimpanan berbagai
peralatan, tidak terdapat kamar. Pada rumah bagian belakang ini juga terdapat
tiang-tiang serta terdapat sebuah pintu. Atap rumah berbentuk dua buah limasan
yang disambungkan dengan talang di tengahnya. Genting penutup atap rumah
terbuat dari tanah liat. Untuk lebih memberikan informasi tentang arti penting
rumah bersejarah Markas Gerilya ini, di dalam rumah kini dilakukan penataan
berupa pemasangan papan informasi, foto koleksi, dan perabotan. Di depan rumah
disajikan sekilas tentang sejarah dan rute Perang Gerilya, sejak berangkat hingga
kembali ke Yogyakarta. Di rumah bagian depan, dipamerkan kamar tidur Panglima
Besar Soedirman, serta foto-foto Beliau ketika foto bersama dengan masyarakat
di depan rumah bersejarah ini. Juga foto ketika berangkat bergerilya dan ketika
Beliau pulang ke Yogyakarta. Selain itu, di runag depan juga disajikan tiruan
tandu, meja-kursi tamu, dan tempat tidur pengawal/ajudan Beliau. Di ruang
bagian belakang terdapat peralatan audiovisual, untuk menyaksikan tayangan
tentang Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. Juga bisa dilihat peralatan
dapur, alat-alat memasak, tempayan, dan peralatan lainnya. Ketika Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi rumah bersejarah ini, juga dipamerkan baju
hangat yang dipakai Jenderal Soedirman, ikat kepala warna hitam, dan keris,
yang dipinjamkan sementara dari Museum Jenderal Besar Soedirman.
D.
Monumen Jendral Sudirman Diresmikan Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Presiden RI
Monumen Jendral Sudirman ini
memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi wisatawan, terutama para sejarahwan.
Disini terdapat patung dari Panglima Besar Jendral Sudirman yang sangat tinggi
dan besar. Patung tersebut terletak
dibagian paling atas dari monumen tepatnya diatas bukit yang menjadi saksi
sejarah perjuangan Pangsar Jendral Sudirman. Untuk mencapai lokasi harus
menempuh 3 jalur tangga (berundak). Dari bawah tangga yang pertama berjumlah
45, yang kedua berjumlah 8 dan yang ketiga berjumlah 17. Nilai yang filosofi terkandung dari banyaknya jumlah tangga ini
adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu 17-08-1945. Dahulu dimonumen
ini hanya terdapat sebuah patung dan plataran-plataran tangga tersebut. Tetapi
pada tahun 2008 dilakukannya rehabilitas secara besar-besaran. Kemudian pada tahun
2009 monumen ini telah diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai salah satu Kawasan Wisata Sejarah di Indonesia. Kawasan ini akan terus dikembangkan, sehingga ke depan akan menjadi salah
satu kawasan wisata sejarah seperti halnya di Blitar dengan Museum dan Makam
Bung Karno, dan Trowulan Mojokerto dengan peninggalan Kerajaan Majapahitnya.
Selain adanya patung,
dimonumen ini juga terdapat berbagai macam relief dan miniatur.Relief dan
miniatur ini menggambarkan perlawanan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh
Pangsar Jendral Sudirman saat melawan Belanda dulu. Relief-relief ini terletak
sipinggiran monumen dengan variasi yang bermacam-macam. Sedangkan miniaturnya
terdapat didalam gedung monumen. Disepanjang jalan sebelum memasuki kawasan ini, ada delapan pintu gerbang
berbentuk tugu kanan kiri yang bertuliskan pesan Jenderal Soedirman. Diantaranya adalah seperti “Kemerdekaan Sudah di Genggam Jangan Dilepaskan” atau “Walau Dengan Satu
Paru-Paru dan Ditandu Pantang Menyerah, dan masih banyak yang
lainnya. Ini dimaksudkan agar dapat menjadi semangat wisatawan yang datang dalam
membela bangsa dan negara Indonesia ini. Yang paling menarik dari serangkaian
tempat wisata ini adalah sebuah rumah tua, dimana merupakan rumah Pangsar
Jendral Sudirman pernah tinggal. Rumah ini terletak kurang lebih 2 Km dari
monumen. Rumah bekas markas
gerilya Pangsar Jenderal Soedirman ini terdiri dari dua bangian, bagian depan disambungkan
dengan bagian belakang. Rumah bagian depan berbentuk empat persegi panjang,
11,5 x 7,25 meter persegi, sedangkan bagian belakang berukuran 10,2 x 7,3 meter
persegi. Di masa perjuangan, di sini tempat menyusun strategi penyerangan dan
bertahan dari serangan musuh. Rumah ini juga dilengkapi dapur dan ruang untuk
menyimpan perbekalan atau alat-alat perang. Pada masa
perjuangan, bagian depan rumah, dilengkapi satu set meja – kursi yang terbuat
dari kayu. Didalam rumah tersebut juga terdapat sebuah ruangan
yang merupakan kamar atau tempat tidur dari Pangsar Jendral Sudirman dulu.
Tetapi ruangan tersebut tidak boleh dibuka karena dianggap sakral sehingga
tidak sembarangan orang dapat masuk. Rumah ini sengaja tidak boleh dibangun,
hanya saja renovasi kecil-kecilan yang diperbolehkan. Hal ini ditujukan agar tempat
sejarah tersebut tetap asli dan nilai historynya tidak hilang. Selain itu di
monumen ini juga tersapat banyak villa yang ditujukan untuk wisatawan wisatawan
dari luar kota. Villa tersebut terletak dibelakang patung, sehingga
wisatawan-wisatawan yang menginap dapat menikmati pemangdangan alam yang begitu
indah. Disamping villa juga terdapat 2 lapangan helycopter. Ini digunakan
apabila ada TNI yang akan melakukan kegiatan di monumen dengan membawa
helycopter.
Rombongan Presiden RI
Kemudian jarak 1 Km
sebelum sampai dimonumen terdapat sebuah makam pendiri dari monumen Jendral
Sudirman ini yaitu bapak Roto Soewarno. Tempat ini juga sering dikunjungi oleh
wisatawan setelah dari monumen. Biasannya para wisatawan menabur bunga dan
berdo’a didalam makam.
Demikianlah deskripsi
tentang monumen Jendral Sudirman ini, masih banyak lagi keindahan-keindahan
yang menjadi daya tarik tersendiri. Tidak akan ada ruginya bila berkunjung ke
tempat ini khususnya para ilmuan sejarah. Karena dari kawasan wisata ini dapat memperoleh nilai-nilai history yang
sangat tinggi.
No comments:
Post a Comment